Loading

Belajar Bahasa Berau Yuk

Minggu, 04 Maret 2012

1.      PENGANTAR
Untuk memahami bahasa banua laporan yang disusun ini mencoba menelsuri dan menghimpun beberapa penelitian dan tulisan yang pernah dibuat sebelumnya disamping menggali informasi dari informan yang memahami tentang bahasa dan kosa kata.
Sumber informasi awal menelusuri tatabahasa bahasa benua diperoleh dari hsil penelitian Cantor Bahasa Kalimantan Timur-Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2006.
Dari laporan hasil penelitian ini diperoleh secara lengkap tata bahasa banua sehingga penyajian perofil adat dan budaya ini dapat dilengkapi dengan bahasa yang apabila tidak dinimpun dan dipublikasikan akan hilang sehingga tidak dapat dilestarikan lagi.
Tata bahasa banua perlu didokumentsikan dalam upaya menyelamatkan bahasa ini dari kepunahan. Generasi muda daerah ini juga harus mengenal dengan baik bahasa daerahnya, yang merupakan identitas sekaligus sebagai jaminan harkat dan martabat bangsa.

2.      PETUJUK TENTANG KETENTUN DASAR BAHASA BENUA
Suku benua tidak memiliki aksara sendiri. Puluhan generasi sebelum ini tradisi lisan yang dibukukan pada umumnya menggunakan aksara Arap atau hurup Arab, yang lazim disebut huruf melayu e pepet (e), o, f,v,q,x dan z. Bunyi e luluh ke dalam u, bunyi  f dan v luluh kedalam bunyi p, bunyi  q dan x luluh kedalam bunyi k, dan bunyi z luluh kedalam bunyi j. kata yang diawali dengan huruf w dan y sangat kurang jumlahnya.
Ada beberapa kata turunan atau kata bentuk yang tidak diketahui kata dasarnya sehingga disamakan kata dasar, seperti: alliapa artinya ‘mengapa’, kenapa’, atau ‘apa yang terjadi’; batigak artinya ‘berjalan terpincang-pincang akibat luka atau cedera karena terbentur benda keras’;  batulai artinya ‘bertindak dengan tergesa-gesa tanpa menunggu perintah atu petunjuk’.
Tapalicuk artinya ‘terkilir’; katibarang artinya ‘biasa’, ‘tidak bermutu’, ‘sia-sia’; pilappak artinya ‘bunyi yang ditimbulakan oleh tamparan denga terbuka, suara benda terhempas atau terbentur. Kata-kata seperti contoh diatas dianggap sebagi kata kasar
Untuk menemukan kata bentuk digunakan ketentuan dasar mengenai perubahan huruf pada kata, bila kata dasar itu mendapat imbuhan, sebagai berikut:
1.      Hurup h diawali kata dasar banyak yang tidak dilapalkan atau tidak bersuara.
Misalnya:hendak menjadi andak; hutan menjadi uttan; hilang menjadi ilang; hasut menjadi asut; hasyim menjadi asim.
2.       Huruf e dilafalkan lemah dan luluh ke dalam huruf i
Misalnya: hemat menjadi himmat; eran menjadi hairan; kelok menjadi killuk; serong menjadi sirung; leher menjadi li’ir.
3.      Huruf e dilafalkan luluh ke huruf a
Misalnya: lepas menjadi lappas,; lekat menjadi lakkat; cepat menjadi cappat; melawan menjadi malawan; kenyang menjdi kanyang.
4.      Huruf o dilafalkan lemah ke huruf u
Misalnya; tolong menjadi tulung; konon menjadi kunun; kosong menjadi kusung; longgar  menjadi lunggar; modal menjadi muddal.
5.      Huruf f dan v dilafalan lemah luluh kedalam huruf p
Misalnya: fasal menjadi passal; fullybal menjadi pullibal; aktif menjadi aktip; festival menjadi pistipal; fantasi menjadi pantasi.
6.      Huruf q dan x dilapalkan lemah dan luluh ke dalam huruf k.
Misalnya:
Qur’an menjadi kur’an
Ex menjadi ik;
Extera menjadi ikstra
Faximil menjadi paksimil
7.       Huruf z dilafalkan lemah dan luluh ke dalam huruf j.
Misalnya;
Zalim menjadi jalim
Zakat menjadi jakkat
Azap menjadi ajap
Izin menjadi ijin
Azan menjadi ajan

a.       Konsonan Rangkap
Apabila huruf pertama kaa dasar terdiri dari konsonan (huruf mati) dan vocal (hurup hidup), konsonan yang terdapat di tengah kata dasar itu menjadi konsonan rangkap atu konsonan ganda.
Misalnya:
Telah menjadi talla
Cepat menjadi cappat
Lekat menjadi lakkat
Lalai menjadi lallai
Lokan menjadi lukkan

b.     Vocal Rangkap (diftong)
I.                       Vocal rangkap pada kata dasar dilafalkan sama dengan melafalkan bahasa Indonesia.
Misalnya;
Alau yang artinya ‘ambil’
Gannau yang artinya genap
Kiau yang artinya panggil
Palui yang artinya bodoh
Andai artinya dari

II.                    Apabila dalam vocal rangkap vocal yang kedua harus dilafalkan dengan mendapat tekanan, maka vocal yang kedua tersebut didepannya diberi tanda ain(‘).
Misalnya:
Jampa’I artinya besok
Inta’I artinya tadi
Kalama’I artinya kemarin
Dullu’I artinya lewat
Bubu’I artinya siram

c.     Partikel ku
Partikel ku sebagai kependekan dari kata aku yan menyatakan kepunyaan atau milik yang apabila kata dasarnya diakhiri oleh vocal(huruf hiduf) a,i,u maka terjadi nasalisasi (persengauan) yang berbunyi ng.
Misalnya:
              Amma menjadi ammangku artinya ayahku
Adi menjadi adingku artinya adikku
Abu menjadi abungku artinya abuku
Buku menjadi bukungku artinya bukuku

d.     Kata Bentukan
Bahasa benua mengenal berbagai awalan dan akhirnya seperti bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia bentukbentuk imbuhan itu semakin jelas. Namun, dalam bahasa benua awalan pada umumnya berubah lafal atau bunyi, baik bahasa lisan atau tulis. Pada umumnya, akhiran dan sisipan  tidak mengalami perubahan, sama seperti bahasa Indonesia. Pemakaian awalan yang dimaksudkan dapat dilihat pada conto-contoh berikut:
a.     Awalam ber dilekatkan pada kata dasar akan berubah menjadi ba.
Misalnya:
Kata dasar
Agak
Awalan ber-

Beragak
Kata bentukan

Baagak
Arti dalam bahasa Indonesia
Beraksi
Antuk
Berantuk
Barantuk
Bersentuhan
Buru
Berburu
Babaru
berburu
Kala’i
Berkelahi
Bakala’i
Berkelahi

b.     Awalan ke yang diletakkan pada kata dasar, baik yang kata huruf pertamanya huruf mati atau huruf hidup, berubah menjadi ka.
Misalnya:
Kata dasar
Awalan ber-
Kata bentuk
Arti dalam bahasa indonesia
Lawas
kelawasan
Kalawasan
kelamaan
Labbas
Kelabbasan
Kallabasan
Kejatuhan
Rangngat
Kerangngatan
Karangngatan
Kesakitan
Abis
Keabisan
kaabisan
Kehabisan
ingat
Keingatan
kaingatan
Teringat

0 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

About Me

Foto Saya
ABANG JAVA
g neko2 bin simpel
Lihat profil lengkapku
B@nG j@v@

Tukeran Link yuk hitung2 tuk nambah amal ibadah kita OK...,,Copi Script dibawah dan taruh di blog anda ntar q link balik dah....!!

Media informasi pendidikan dan Lain-lain

Blog Archive